mycoachfactoryoutlet.net – Pasar smartphone global kembali mencatat pertumbuhan, seperti laporan Omdia yang mencatat adanya kenaikan penjualan hingga 3 % pada kuartal 3 2025 menjadi 320,1 juta unit. Di balik angka tersebut tersimpan perubahan mendalam: smartphone tidak hanya menjadi perangkat komunikasi, melainkan berubah ke arah “AI Phone” — perangkat yang menggabungkan kecerdasan buatan (AI) secara on-device untuk menghadirkan pengalaman yang lebih personal, kontekstual, dan proaktif.
Tren ini telah dikemukakan oleh berbagai analis, misalnya Bernard Marr menyebut bahwa tren smartphone di 2025 akan semakin diwarnai oleh asisten suara berbasis Large Language Models (LLM), antarmuka pengguna yang digerakkan AI, serta desain yang semakin memperhatikan keberlanjutan. Di sisi lain, survei Deloitte menunjukkan bahwa pengguna perangkat tersambung semakin banyak mengadopsi layanan digital, termasuk langganan dan perangkat yang makin cerdas, meski tantangan keterjangkauan masih ada.
Perubahan terbesar tampak pada bagaimana produsen mulai menawarkan fitur AI bukan sekadar gimmick, melainkan integrasi nyata dalam aktivitas sehari-hari—misalnya mengoptimalkan baterai, menyarankan aplikasi atau layanan berdasarkan kebiasaan, hingga peningkatan keamanan dengan biometrik dan enkripsi lokal. Hal ini selaras dengan fakta bahwa pengguna smartphone kini lebih sering melakukan aktivitas multimedia, sosial, belanja daring, dan layanan digital lainnya — misalnya 78 % menonton video melalui ponsel, 64 % menggunakan media sosial.
Namun, tidak semua segmen tumbuh sama. Pertumbuhan paling kuat hadir dari pasar negara berkembang, sementara segmen menengah di beberapa kawasan masih stagnan. Dalam konteks Indonesia dan Asia-Pasifik, ini berarti produsen harus menyeimbangkan antara menghadirkan fitur canggih dan tetap menjaga harga agar tetap terjangkau.
Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa 2025 menjadi titik balik di mana smartphone bukan hanya “lebih cepat atau lebih besar” tetapi “lebih pintar dan lebih sadar pengguna”. Perangkat generasi baru menuntut produsen dan pengguna untuk berpikir ulang tentang apa yang benar-benar penting: pengalaman yang personal, perangkat yang lebih tahan lama dan ramah lingkungan, serta layanan yang makin terintegrasi dengan kehidupan kita sehari-hari.

 
                         
                         
                         
                         
                         
                         
			 
			 
			 
			